Kamis, 12 Desember 2013

"Pemikiran Pendidikan Islam Masa Rasulullah SAW. fase Mekah & Madinah"




Pemikiran dan Sistem Pendidikan Islam
Masa Rasulullah

Makalah Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah
"Pemikiran Pendidikan Islam"
 



I.      PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Proses pendidikan sebenarnya telah berlangsung sepanjang sejarah dan berkembang sejalan dengan perkembangan sosial budaya manusia di bumi. Sumber utama pendidikan Islam yaitu Allah swt. melalui firman-firmannya yang terdapat dalam kitab suci umat Islam yaitu Alquran. Sumber yang kedua ialah sunnah Nabi Muhammad saw..  Proses pewarisan dan pengembangan budaya manusia bermula sejak Nabi Muhmmad saw.  menyampaikan ajaran Allah kepada umatnya yang mana dari beliaulah awal mula timbulnya sejarah pendidikan Islam, Oleh sebab itu beliau menjadi tauladan yang harus diikuti.  
Pada masa kenabian Muhammad saw. akan dijumpai bagaimana perjuangan Rasulullah dalam menyebarkan agama Islam dan berdakwah guna meluruskan nilai-nilai moral pada masa itu hingga saat ini kita bisa merasakan nikmatnya Islam. Sejarah pendidikan Islam sangat perlu dipelajari oleh umat islam, terutama bagi kalangan mahasiswa, calon guru agama Islam dan pengelola pendidikan Islam, karena dengan  mengetahui sejarah tersebut diharapkan dapat menumbuhkembangkan wawasan generasi mendatang di dalam pengetahuan sejarah tersebut.
Dalam hal ini, akan dikemukakan pemikiran pendidikan Islam pada masa Rasulullah , sistem pendidikan masa Rasulullah pada dua fase, yakni fase Mekah dan fase Madinah.

B.     Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut  :
1.      Bagaimana Pemikiran pendidikan Islam zaman Rasulullah ?
2.      Bagaimana perkembangan pendidikan Islam pada masa Rasulullah dari fase Mekah dan fase Madinah ?

C.    Tujuan
Tujuan dari rumusan masalah diatas sebagai berikut :
1)      Mahasiswa dituntut untuk mengetahui pemikiran pendidikan Islam masa Rasulullah.
2)      Mahasiswa dapat memahami sistem pendidikan masa Rasulullah baik dari fase Mekah ataupun Fase Madinah


II.     PEMBAHASAN

A.    Biografi  Nabi Muhammad saw.
Rasulullah saw. dilahirkan pada tanggal 12 Rabiul awal tahun gajah, bertepatan pada tanggal 20 April 571 M. Nabi Muhammad saw. lahir dari keluarga miskin secara materi namun berdarah ningrat dan terhormat.[1] Ayah Nabi muhammad bernama Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hisyam bin Abd Manaf bin Qushay bin Kilab Abullah telah wafat sebelum Nabi Muhammad saw. dilahirkan, sehingga sang kakek , Abdul Muthallib menjadi penanggung jawabnya. Ketika kakek beliau wafat, maka yang menjadi penanggung jawab adalah paman beliau yaitu Abu Thalib.  Kemudian beliau disusui oleh seorang perempuan dusun yang bernama Halimah. . Ibunda Rasullullah bernama Aminah, wafat saat beliau berumur 6 tahun.
Ketika Nabi Muhammad mencapai usia remaja dan berkembang menjadi seorang yang dewasa, ia mulai mempelajari ilmu bela diri dan memanah, begitupula dengan ilmu untuk menambah keterampilannya dalam berdagang. Perdagangan menjadi hal yang umum dilakukan dan dianggap sebagai salah satu pendapatan yang stabil. Nabi Muhammad menikah pada usia 25 tahun dengan seorang janda yaitu Khadijah yang berusia 40 tahun.
Ketika Muhammad berumur 35 tahun, beliau ikut bersama kaum Quraisy dalam perbaikan Ka'bah. Pada saat pemimpin-pemimpin suku Quraisy berdebat tentang siapa yang berhak meletakkan Hajar Aswad, Muhammad dapat menyelesaikan masalah tersebut dan memberikan penyelesaian adil. Saat itu ia dikenal di kalangan suku-suku Arab karena sifat-sifatnya yang terpuji. Kaumnya sangat mencintainya, hingga akhirnya ia memperoleh gelar Al-Amin yang artinya "orang yang dapat dipercaya".[2]  Kemudian dalam kehidupan Beliau juga menghindari semua kejahatan yang sudah membudaya di kalangan bangsa Arab pada masa itu seperti berjudi, meminum minuman keras, berkelakuan kasar dan lain-lain, sehingga ia dikenal sebagai As-Saadiq yang berarti "yang benar". Nabi Muhammad adalah orang yang percaya sepenuhnya dengan keesaan Tuhan. Ia hidup dengan cara amat sederhana dan membenci sifat-sifat tamak, angkuh dan sombong yang lazim di kalangan bangsa Arab saat itu. Ia dikenal menyayangi orang-orang miskin, janda-janda tak mampu dan anak-anak yatim serta berbagi penderitaan dengan berusaha menolong mereka.

B.     Pemikiran Pendidikan Islam Masa Rasulullah
Pemikiran pendidikan pada periode awal dalam sejarah islam ini terwujud dalam ayat-ayat Alqur’an dan Hadits Rasulullah saw. ketika beliau berbicara dengan sahabatnya dan mengajak manusia percaya kepada Allah swt. dan meninggalkan penyembahan berhala.
Pemikiran pendidikan yang terwujud pada dua sumber utama pendidikan islam ini bukanlah pemikiran pendidikan yang benar-benar seperti yang dipahami dalam pemikiran  pendidikan modern, tetapi pemikiran yang bercampur dengan pemikiran politik, ekonomi, social, sejarah dan peradaban, yang keseluruhanya membentuk kerangka umum ideologi islam.[3]
Dengan kata lain, pemikiran pendidikan islam dilihat dari segi Alqur’an dan Sunnah,  tidaklah muncul sebagai pemikiran pendidikan yang terputus, tetapi suatu pemikiran yang hidup dan dinamis, berada dalam kerangka paradigma umum bagi masyarakat seperti yang dikehendaki oleh Islam.
Rasulullah saw. dalam segala kata-kata yang diucapkannya, segala tingkah laku yang disebutnya dan segala sikap yang diambilnya merupakan gambaran hidup terhadap pemikiran pendidikan islam ini. Ketika Siti Aisyah r.a ditanya tentang akhlak Rasulullah saw. beliau mengatakan : “ Akhlaknya adalah Alqur’an. Kemudian beliaulah guru teragung, beliau sendiri juga lulusan Illahiyah di Gua hira yang telah meletakkan garis-garis besar pemikiran pendidikan ini dalam Alqur’an”.[4]

C.    Sistem Pendidikan Islam Pada Fasa Mekah dan Fase Madinah

1)      Fase Mekah
Nabi Muhammad saw. menerima wahyu yang pertama dari Allah sebagai petunjuk atau intruksi kepada beliau untuk melaksanakan tugasnya pada saat beliau berusia 40 tahun yaitu tanggal 17 Ramadhan tahun 13 sebelum hijriyah (6 Agustus 610 M).[5] Wahyu pertama yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad saw. melalui perantara malaikat Jibril di Gua Hira yaitu surah Al-Alaq ayat 1-5 yang berbunyi :
Artinya :
Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia  telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia, yang mengajar (manusia) dengan perantaraan Qalam. Dia (Allah) mengajarkan manusia apa yang tidak diketahui”.[6]

Dengan turunnya wahyu tersebut, Rasulullah saw. mulai membimbing dan membimbing umatnya. Pada mulanya beliau melakukan nya secara diam-diam di lingkungan sendiri dan dikalangan rekan-rekannya. Nabi Muhammad saw. telah mendidik secara bertahap. Mulai dengan keluarga dekatnya.mula-mula diajaknya istri beliau yaitu Khadijah untuk beriman dan menerima petunjuk-petunjuk Allah, kemudian diikuti anak angkatnya Ali bin Abi Thalib (anak pamannya) dan Zaid bin Harisah (seorang pembantu rumah tangganya yang diangkat menjadi anak angkat), kemudian ia mulai dengan seruannya kepada shahabat karib seperti Abu Bakar yang segera menerima ajakan beliau.[7]
Sebagai seorang pedagang yang berpengaruh, Abu Bakar berhasil mengislamkan beberapa orang teman dekatnya. Seperti, Zubeir ibn Awam, ‘Abdur-rahman bin ‘Auf, Sa’at bin Waqash, dan Thalhah ibn Ubaidillah. Mereka di bawa Abu Bakar langsung kepada Nabi dan masuk Islam di hadapan Nabi sendiri. Mereka itulah orang-orang yang disebut Assabiquna al awwaluna.
Dengan pembelajaran dan dakwah secara diam-diam ini, belasan orang telah memeluk islam. Mereka juga diikuti pula oleh sebagian para tokoh Quraisy. Sebagian lembaga pendidikan dan pusat kegiatan pendidikan Islam yang pertama ada di era awal ini adalah, “dar (rumah) Arqam ibn Abi al-Arqam”.[8] Rumah Arqam inilah yang merupakan lembaga pendidikan Islam pertama yang diselenggarakan di kota Mekkah. Tetapi tentu saja rumah Arqam tidak bisa dikatakan sebagai lembaga pendidikan Islam dalam arti yang sebenarnya, sebab yang disebut sebagai lembaga tentunya keberadaannya telah mapan dan mantap ditengah-tengah masyarakat. Sementara rumah Arqam hanyalah merupakan rumah seorang sahabat yang bernama Al-Arqam ibn Abi al-arqam r.a yang digunakan oleh Nabi saw. untuk menyampaikan dan mengajarkan agama kepada para pengikutnya ketika situasinya tidak memungkinkan untuk menyampaikan risalah Islam di muka umum. Bahkan ketika Nabi Muhammad saw. melakukan dakwahnya secara terang-terangan, sesuai dengan perintah Allah, lembaga pendidikan dalam arti formal belum tumbuh secara sempurna. Alasannya karena para pengikut Nabi yang jumlahnya belum banyak ketika itu. Selain Rumah Arqam bin Abi Arqam, lembaga pendidikan lainnya adalah Kuttab.
Secara umum, materi Alqur’an dan petuah-petuah Rasul itu menerangkan tentang kajian keagamaan yang menitikberatkan pada teologi dan ibadah.[9] Selain pelajaran tentang teologi dan Ibadah, Rasulullah juga mengajarkan pendidikan Akhlak dan budi pekerti kepada umatnya. Kata-kata tauhid, ibadah, dan akhlak belum menjadi nama mata pelajaran atau bidang studi. Adapun materi-materi sains belum dijadikan mata pelajaran. Nabi ketika itu hanya memberikan dorongan untuk memperhatikan kejadian manusia, hewan, tumbuhan dan alam raya.[10]

2)      Fase Madinah
Hijrah  Nabi Muhammad saw. dari Mekah ke Madinah  bukan hanya untuk berpindah dan menghindari diri dari tekanan dan ancama kaum kafir Quraisy, tetapi kedatangan Nabi Muhammad serta umatnya adalah untuk mengatur potensi dan menyusun kekuatan dalam menghadapi tantangan lebih lanjut, sehingga terbentuk  masyarakat baru yang didalamnya bersinar kembali ketauhidan.
Pada periode di Madinah, tahun 622-632 M. Atau tahun 1-11 H. Usaha pendidikan Nabi pertama adalah membangun “institusi” masjid. Melalui pendidikan masjid ini, nabi memberikan pengajaran dan pendidikan Islam.[11] Secara umum, materi pendidikan meliputi empat bidang, yakni : pendidikan agama, pendidikan akhlak, pendidikan kesehatan Jasmani, dan pengetahuan yang berkaitan dengan kemasyarakatan.
Di dalam  periode Makkah ciri pokok pembinaan pendidikan islam adalah pendidikan tauhid, maka pada periode madinah ini ciri pokok pembinaan pendidikan islam dapat dikatakan sebagai pendidikan sosial dan politik. Tetapi sebenarnya antara dua ciri tersebut bukanlah merupakan dua hal yang dipisahkan satu dengan yang lain. Kalau pembinaan pendidikan di Makkah titik pokoknya adalah menanamkan nilai-nilai tauhid kedalam jiwa tiap individu muslim, agar dari jiwa mereka terpancar sinar tauhid dan tercermin dalam perbuatan dan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan pembinaan pendidikan di Madinah pada hakikatnya ialah merupakan lanjutan dari pendidikan tauhid di Makkah, yaitu pembinaan di bidang pendidikan sosial dan politik agar dijiwai oleh ajaran tauhid, sehingga akhirnya tingkah laku sosial politiknya merupakan cermin dan pantulan sinar tauhid tersebut. Cara Nabi melakukan pembinaan dan pengajaran pendidikan agama islam di Madinah adalah sebagai berikut:
a.       Pembentukan dan pembinaan masyarakat baru, menuju satu kesatuan sosial dan politik.
Masalah pertama yang di hadapi Nabi Muhammad saw.dan kaum Muhajirin adalah tempat tinggal. Untuk sementara para kaum Muhajirin bisa menginap dirumah-rumah kaum Anshor. Tetapi beliau sendiri memerlukan suatu tempat khusus ditengah-tengah ummatnya sebagai pusat kegiatan, sekaligus sebagai lambang persatuan dan kesatuan diantara kedua kelompok masyarakat yang mempunyai latar belakang kehidupan yang berbeda.[12] Kemudian Nabi memerintahkan untuk membangun masjid. Masjid itu telah menjadi pusat pendidikan dan pengajaran.
Nabi Muhammad saw. mulai meletakkan dasar-dasar terbentuknya masyarakat yang bersatu padu secara intern (ke dalam), dan keluar diakui dan disegani oleh masyarakat lainnya (sebagai satu kesatuan politik). Dasar-dasar tersebut adalah:
a)      Nabi Muhammad saw. mengikis habis sisa-sisa permusuhan dan pertentangan antar suku, dengan jalan mengikat tali persaudaraan di antara mereka.
b)      Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Nabi Muhammad menganjurkan kepada kaum Muhajirin untuk berusaha dan bekerja sesuai dengan kemampuan dan pekerjaan masing-masing seperti waktu di Makkah.
c)      Untuk menjalin kerjasama dan saling menolong, turunlah syari’at zakat dan puasa yang merupakan pendidikan bagi warga masyarakat dalam tanggung jawab sosial.
d)     Disyaria’atkannya media komunikasi berdasarkan wahyu, yaitu shalat jum’at yang dilaksanakan secara berjama’ah. Rasa memiliki kebanggaan sosial tersebut lebih mendalam lagi setelah Nabi Muhammad saw.mendapat perkenan dari Allah untuk memindahkan kiblat dalam shalat dari baitul Maqdis ke Baitul Haram di Makkah.
b.      Pendidikan sosial politik dan kewarganegaraan
Pelaksanaan pendidikan sosial politik dan kewarganegaraan secara ringkas dapat di kemukakan sebagai berikut :
1)      Pendidikan ukhuwah (persaudaraan)
2)      Pendidikan kesejahteraan sosial
3)      Pendidikan kesejahteraan keluarga dan kerabat
4)      Pendidikan hankam[13]

c.       Pendidikan anak dalam islam
Dalam islam, anak merupakan pewaris ajaran islam yang dikembangkan oleh Nabi Muhammad saw. dan generasi muda muslimlah yang akan melanjutkan misi menyampaikan islam ke seluruh penjuru alam. Oleh karenanya banyak peringatan-peringatan dalam Alqur’an berkaitan dengan itu.
Adapun garis-garis besar materi pendidikan anak dalam islam yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw. sebagaimana yang diisyaratkan oleh Allah swt. dalam surat Luqman ayat 13-19 adalah sebagai berikut:
a)      Pendidikan Tauhid
b)      Pendidikan Shalat
c)      Pendidikan adab sopan santun dalam bermusyawarah
d)     Sopan santun dalam keluarga
e)      Pendidikan kepribadian
f)       Pendidikan kesehatan


III.     PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa Pemikiran pendidikan pada periode awal dalam sejarah Islam ini terwujud dalam ayat-ayat Alqur’an dan Hadits Rasulullah saw. ketika beliau berbicara dengan sahabatnya dan mengajak manusia percaya kepada Allah swt. dan meninggalkan penyembahan berhala.
Pendidikan Islam pertama pada fase mekah dilakukan Nabi Muhammad saw. secara sembunyi-sembunyi dan kemudian secara terang-terangan. Nabi Muhammad memberikan pendidikan mulai dari diri sendiri, kemudian istri beliau, sanak saudara, keluarga serta sahabat-sahabat beliau. Lembaga pendidikan pertama di Mekah adalah rumah dari sahabat Nabi yaitu Arqam bin Abi Arqam. Adapun yang dipelajari yaitu Alqur’an, tauhid, Ibadah, dan Akhlak.
Hijrah  Nabi Muhammad saw. dari Mekah ke Madinah  bukan hanya untuk berpindah dan menghindari diri dari tekanan dan ancama kaum kafir Quraisy, tetapi kedatangan Nabi Muhammad serta umatnya adalah untuk mengatur potensi dan menyusun kekuatan dalam menghadapi tantangan lebih lanjut, sehingga terbentuk  masyarakat baru yang didalamnya bersinar kembali ketauhidan. Pembinaan Pendidikan Islam meliputi :
1)      Pembentukan dan pembinaan masyarakat baru, menuju satu kesatuan sosial dan politik.
2)      Pendidikan sosial politik dan kewarganegaraan
3)      Pendidikan anak dalam islam

B.     Saran
Sebaiknya sebagai calon seorang guru, terutama guru agama, hendaknya mengetahui dan mempelajari tentang pemikiran pendidikan Islam Masa Rasulullah serta seistem pendidikannya sehingga dapat memberikan wawasan pengetahuan sebagai bekal dalam menjadi seorang guru.
DAFTAR PUSTAKA


Arief ,Armai. Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam Klasik, Bandung: Aksara, 2004.  

Avivah, Aviani Nur.  http://avianinuravivah.blogspot.com/2012/05/pemikiran-pendidikan-islam-masa.html , diakses tanggal  09-10-2013 : 19.30.

Hasan,  Hasan Ibrahim. Sejarah dan Kebudayaan Islam 1, Jakarta: Kalam Mulia, 2001.
Kementrian Agama RI, Alqur’an dan Terjemahannya, Jakarta: Sinergi Pustaka, 2012.

Langgulung, Hasan. Asas-asas Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1992.

Ramayulis. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta:  Kalam Mulia, 2011

Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana, 2009.

Susanto.  Pemikiran Pendidikan Islam, Jakarta: Amzah, 2009

Suwendi.  Sejarah dan Pemikiran Pendidikan Islam, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2004.

Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad , diakses tanggal 09-10-2013 : 21.00.

Zuhairini. Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1992.



[1] Hasan Ibrahim Hasan, Sejarah dan Kebudayaan Islam 1, cet. 1, (Jakarta: Kalam Mulia, 2001), h. 137.
[2] Diambil Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad , diakses tanggal 09-10-2013 : 21.00.

[3] Susanto, Pemikiran Pendidikan Islam, Cet.1 (Jakarta: Amzah, 2009), h.25
[4] Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam, Cet. 2 (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1992),  h. 120
[5]Aviani Nur Avivah,  http://avianinuravivah.blogspot.com/2012/05/pemikiran-pendidikan-islam-masa.html , diakses tanggal  09-10-2013 : 19.30
[6]  Kementrian Agama RI, Alqur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Sinergi Pustaka, 2012), h. 904.
[7] Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam, cet.3 (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), h. 21.  
[8] Ramayulis, Sejarah Pendidikan  Islam, cet. 1, (Jakarta; Kalam Mulia, 2011) hal.

[9] Suwendi, Sejarah dan Pemikiran Pendidikan Islam, cet.1 (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2004), h. 9.  
[10] Armai Arief, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam Klasik, cet. 1, (Bandung: Aksara, 2004), h. 136.  
[11] Suwendi, Sejarah dan Pemikiran Pendidikan Islam, h. 10.  
[12] Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam, h. 34.
[13] Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, cet.3 (Jakarta: Kencana, 2009), h. 39

2 komentar: